JAYAPANGUS WEB

JAYAPANGUS merupakan media komunikasi muda Hindu. diterbitakn sejak akhir januari 2006 oleh KMHD ISI Yogyakarta. hubungi kami di: E-mail: red_jayapangus@yahoo.co.id phone :08175495575

Monday, September 04, 2006

Keseimbangan Pengetahuan Intelektual dan Spiritual di Hari Saraswati


Saras berarti "sesuatu yang mengalir" atau "ucapan" dan Wati artinya memiliki. Saraswati secara etimologis bermakna sesuatu yang mengalir atau makna dari ucapan. Ilmu pengetahuan itu sifatnya mengalir terus-menerus tiada henti-hentinya ibarat sumur yang airnya tiada pernah habis meskipun setiap hari ditimba untuk memberikan hidup pada umat manusia. Demikianlah Dewi Saraswati digambarkan sebagai sesosok dewi yang amat cantik bertangan empat memegang: wina (alat musik), kropak (pustaka), ganitri (japa mala) dan bunga teratai. Dewi Saraswati oleh umat di India dipuja dalam wujud Murti Puja. Umat Hindu di Indonesia memuja Dewi Saraswati dalam wujud hari raya atau rerahinan.
Perayaan Hari Saraswati pada hakikatnya adalah pemujaan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasi Beliau sebagai pencipta, penguasa, dan penganugrah ilmu pengatahuan, baik ilmu pengetahuan spiritual maupun intelektual. Dalam perayaan ini yang dimuliakan adalah Sakti dari Beliau, yakni Ibu Saraswati.
Dalam budaya Hindu, Saraswati adalah Dewi Ilmu Pengetahuan dan Kesenian baik seni musik, seni lukis, seni patung, seni tari, dan kesusastraan. Ia melambangkan persatuan antara ekspresi dan pengetahuan; antara kebijaksanaan dan kreatifitas. Dalam kepercayaan Hindu modern, ia dipercaya sebagai Çakti, istri Dewa Brahma. Beliau dipercaya memberi bakat menulis pada manusia agar musik-musik ciptaannya dapat ditulis dan dilestarikan. Beliau adalah Dewi Kefasihan, dan kata-kata mengalir keluar darinya seperti aliran sungai yang lembut. SatuSaraswati digambarkan sebagai matahari yang dapat melenyapkan kegelapan dunia, demikian ilmu pengetahuan memusnahkan kebodohan dan keterbelakangan. Perayaan hari raya Saraswati menunjukkan arti penting ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Ia berfungsi tidak hanya sebagai penopang hidup, tetapi juga sebagai upaya sadhana untuk merealisasikan penyatuan atman dengan paramatman. Ilmu pengetahuan -- sebagaimana makna Saraswati -- bersifat mengalir terus-menerus tiada henti. Ibarat prana kehidupan yang tak akan pernah habis walau tiap hari dipakai oleh semua makhluk. Begitu pentingnya peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan, terlihat dari betapa semarak dan tingginya penghormatan umat Hindu (di Indonesia maupun India) terhadap Dewi Saraswati. Tujuan penguasaan ilmu pengetahuan bagi umat Hindu adalah untuk membedah bidang kegelapan (awidya) dengan pedang pembedaan (wiweka). Dalam ajaran Raja Yoga telah diajarkan tiga tahap kemampuan membedakan bagian permukaan dari ''diri kita'', yang terletak berlapis-lapis di bagian luar dengan ''diri kita'' yang telah luas yang terletak di dalamnya. Pertama, mendengarkan ucapan orang-orang bijaksana, membaca kitab-kitab suci, serta naskah-naskah filsafat. Kita diperkenalkan bahwa, tanpa disadari, di pusat jati dirilah letak sumber kehidupan yang sesungguhnya. Kedua adalah berpikir melalui kontemplasi dan refleksi yang mendalam dan terus-menerus. Apa yang telah muncul pada tahapan pertama sebagai kemungkinan abstrak dilihat sebagai sesuatu yang menimbulkan kesadaran hidup tentang atman yang mendasari kepribadian yang fenomenal ini. Pada saat demikian kita sudah siap memasuki tahap ketiga, yakni pengadilan identifikasi diri dari bagian hidup yang masih berlangsung hingga saat ini, ke bagian hidup yang abadi. Cara melakukannya adalah dengan bermeditasi, tetap mengulang-ulang nama Tuhan (japa, namasmaranam) sambil melakukan pekerjaan sehari-hari (karma yoga). Disamping itu, ada lima pilar ilmu pengetahuan kebijaksanaan yang terajut dalam sebuah untaian kata mutiara, yaitu: kebenaran (satya) adalah cinta kasih dalam pikiran; kebajikan (dharma) adalah cinta kasih dalam tindakan; kedamaian (shanti) adalah cinta kasih dalam perasaan; cinta kasih (prema) adalah dasar pembentukan karakter; serta tanpa kekerasan (ahimsa) adalah cinta kasih dalam pengertian.
*Pelaksanaan Hari Saraswati
Hari Saraswati jatuh pada hari Sabtu wuku Watugunung. Di hari ini semua pustaka terutama Weda dan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai lambang stana pemujaan Dewi Saraswati. Di tempat pustaka yang telah ditata rapi dihaturkan upacara Saraswati. Upacara Saraswati yang pa-ling inti adalah banten (sesajen) Saraswati, daksina, beras wangi dan dilengkapi dengan air kumkuman (air yang diisi kembang dan wangi-wangian). Banten yang lebih besar lagi dapat pula ditambah dengan banten sesayut Saraswati, dan banten tumpeng dan sodaan putih-kuning. Upacara ini dilangsungkan pagi hari dan tidak boleh lewat tengah hari.
Menurut keterangan lontar Sundarigama tentang Brata Saraswati, pemujaan Dewi Saraswati harus dilakukan pada pagi hari atau tengah hari. Dari pagi sampai tengah hari tidak diper-kenankan membaca dan menulis terutama yang menyangkut ajaran Weda dan sastranya. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati dengan penuh, tidak membaca dan menulis itu dilakukan selama 24 jam penuh. Sedangkan bagi yang melaksanakan dengan biasa, setelah tengah hari dapat membaca dan menulis. Bahkan di malam hari dianjurkan melakukan malam sastra dan sambang samadhi.
Besoknya pada hari Radite (Minggu) Paing wuku Sinta di-langsungkan upacara Banyu Pinaruh. Kata Banyu Pinaruh artinya air ilmu pengetahuan. Upacara yang dilakukan yakni menghaturkan laban nasi pradnyam air kumkuman dan loloh (jamu) sad rasa (mengandung enam rasa). Pada puncak upacara, semua sarana upacara itu diminum dan dimakan. Upacara lalu ditutup dengan matirtha. Upacara ini penuh makna yakni sebagai lambang meminum air suci ilmu pengetahuan. Peringatan dan perayaan Hari Saraswati setiap 210 hari yang diyakini sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan bukan berarti manusia hanya belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan di hari ini saja. Namun hendaknyalah manusia mencari, mempelajari, dan menguasai segala bentuk ilmu pengetahuan secara bijaksana dan penuh kesadaran di setiap harinya. Karena dengan penguasaan ilmu pengetahuan kebijaksanaan akan dapat membangkitkan kesadaran akan sifat-sifat diri sendiri yang sejati. Ilmu pengetahuan sekuler lebih berfokus pada rasionalitas, padahal hidup membutuhkan lebih banyak kesadaran. Pendidikan modern lebih banyak mengembangkan kecerdasan dan keterampilan, tetapi kurang memperhatikan penggembangan kesadaran dan budi pekerti. Akibatnya, ilmu pengetahuan dalam sistem pendidikan modern terdistorsi serta tidak berhasil membangkitkan kesadaran sebagian besar umat. Oleh karena itu, serangkaian perayaan Hari Raya Saraswati saat ini kita perlu mendekonstruksi kemapanan hegemoni ilmu pengetahuan Barat yang lebih berdasarkan rasionalitas, dan menyejajarkannya dengan ilmu kebijaksanaan Timur dengan sentuhan nuansa spiritualnya. Dengan begitu, umat di samping cerdas juga memiliki kesadaran dan moralitas, seperti: viveka, vairagya dan vichakshana sehingga mereka memiliki tangan-tangan yang sigap melayani, hati yang penuh cinta kasih, serta pikiran yang suci nan jernih.
“Kecakapan bagaikan aliran sungai Narmada. Kemurnian hatiku sebagai sungai Gangga. Dewi Saraswati berstana di lidah dan Dewi Irawati berstana di mata.”
Demikianlah tujuan pemujaan Dewi Saraswati. Kalau tujuan pemujaan Dewi Saraswati dapat tercapai maka terhindarlah kita dari godaan penyakit, kelakuan jahat dan buruk.

Agama mengarahkan hidup, ilmu pengetahuan memudahkan hidup, sedangkan seni meng-haluskan hidup. Karena itulah, memuja Tuhan Yang Maha Esa menurut pandangan Hindu juga menggunakan aspek seni. Pe-mujaan kepada Dewi Saraswati tiada lain adalah memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam aspeknya sebagai sumber ilmu pengetahuan suci Weda.(pea)

-dari berbagai sumber-

1 Comments:

Blogger sugut07 said...

Dh,
Maaf bila saya berpendapat lain;
menurut saya, perayaan apa pun itu atau manifestasi apa pun berkait dengan Tuhan adalah: agar manusia meniru sebisanya atribut-atribut Tuhan itu sehingga jiwa manusia bisa mendekati Tuhannya; bukannya hanya mengupas, mengulas, mengurai, dan mengkritisi arti dan makna kulitnya saja tetapi perlu sampai kepada melaksanakan dan menghayatinya. Terima kasih.

Thu Dec 18, 06:20:00 PM PST  

Post a Comment

<< Home